Transparent Sexy Pink Heart

Jumat, 27 Desember 2013

Siswa SMA Gresik temukan pendeteksi Formalin Dan Boraks

Banyaknya makanan yang dicampur Formalin atau Boraks yang  beredar dipasaran akhir akhir  rupanya menginspirasi siswa di Kabupaten Gresik Jawa timur menemukan formula yang murah dan praktis serta ramah lingkungan. Dengan memanfaatkan kulit buah naga yang biasanya hanya menjadi isi tong sampah saja. Namun ditangan Siswa SMA Hidayatus Salam desa Lowayu Kecamatan Dukun Gresik bisa memiliki manfaat yang besar untuk masyarakat luas.
Adalah Fairuz Fatin Bahriyah, Anisatul Qusniyah, Muawanatul Ummah yang kini duduk dikelas XI IPA lewat “ eksperimen “ yang dilakukanya berhasil menemukan manfaat kulit buah naga yang bisa digunakan untuk mengetahui kandungan formalin dan boraks dalam makanan.

Fatin panggilan akrab Fairuz Fatin Bahriyah Dkk, mengaku ide awal pemanfaatan kulit buah naga, yakni ketika dirinya bersama sejumlah rekannya ingin mencari zat pendeteksi formalin dan boraks, hal ini didasari karena banyaknya bahan makanan di pasaran yang sekarang ini lagi marak menggunakan kedua bahan berbahaya bagi kesehatan tersebut.

“Ide awal muncul setelah saya melihat banyaknya makanan yang menggunakan formalin dan boraks untuk bahan pengawet, kemudian setelah melakukan beberapa kali eksperimen akhirnya menemukan kulit buah naga sebagai alat pendeteksi formalin dan boraks,” katanya.

Lebih lanjut Fatin menjelaskan, kulit buah naga yang juga disebut “Hylocereus Costaricensis” dapat digunakan mendeteksi adanya zat formalin secara mudah tanpa bahan kimia lainnya.

“Pertama, makanan direndam terlebih dahulu dalam air yang dicampur kulit buah naga, kemudian jika makanan itu menggunakan formalin atau boraks akan memberikan warna merah yang lebih lama pada kertas tisu, dibanding dengan makanan tanpa formalin,” katanya.

Selanjtnya, proses pendiaman makanan dalam air kulit buah Naga dilakukan selama 10 menit, sehingga warna tisu akan semakin terlihat merah, sedangkan bagi makanan yang tidak mengandung formalin akan tetap terlihat putih.

Sejauh ini Fatin Dkk telah melakukan percobaan pada makanan tahu, bakso dan teh.

” Pada bakso yang mengandung boraks, dalam percobaan itu akan terlihat warna ungu pudar, dan pentol yang tidak mengandung boraks warnanya merah muda, atau warna asal kulit buah naga,” katanya.

Selain itu, praktik pada teh yang mengandung boraks akan menjadi coklat, dan yang tidak mengandung boraks akan menjadi merah muda seperti warna asal kulit buah naga.

Terkait temuan, Kepala SMA Hidayatus Salam, Misbahul Abidin, mengaku bangga atas temuan siswa-siswinya, temuan itu sangat sangat bermanfaat bagi masyarakat luas, kedepan dirinya berencana mengembangkan temuan siswanya tersebut menjadi produk sejenis tissue basah siap pakai yang dapat digunakan masyarakat secara praktis dan mudah untukmendeteksi adanya zat berbahaya seperti formalin dan boraks yang dicampur dalam makanan.

“Formalin adalah senyawa disinfektan kuat yang dapat membasmi berbagai bakteri pembusuk, dan formalin umumnya digunakan sebagai pengawet mayat, bukan untuk pengawet makanan,” jelasnya.

Penggunaan formalin dalam makanan, akan sangat berbahaya bagi kesehatan, sebab akan menyebabkan berbagi penyakit, seperti rasa panas pada mulut, kerongkongan serta pada lambung.

“Gejala lain yang bisa ditimbulkan dari makanan berformalin adalah rasa sakit yang amat sangat, pingsan mendadak, diare, kerusakan hati bahkan kematian,” tambanhya.

Sedangkan boraks adalah kristal lunak dan berbentuk serbuk kristal putih, tidak berbau dan tidak larut dalam alkohol, dan apabila digunakan dalam makanan, maka efeknya makanan itu akan mengembang dan lunak, teksturnya bagus dan renyah atau kenyal.
” Penggunaan boraks pada makanan juga membahayakan kesehatan, sebab dapat menimbulkan muntah-muntah, diare, dan ganguaan pencernaan” pungkasnya.

0 komentar :

Posting Komentar