Apa makna seorang pahlawan bagi kita sekarang ini? Orang akan dengan mudah menjawab bahwa pahlawan adalah orang yang telah berjasa pada bangsa dan negara. Berikut adalah nilai - nilai kepahlawanan tokoh Pergerakan Nasional:
Abdul Muis, (1883-1959)
Tokoh Abdul Muis merupakan pribadi yang commited terhadap perjuangan dan nasib rakyat yang terjajah.perjuangan tidak hanya terbatas dalam garis profesinya sebagai wartawan atau sastrawan tetapi juga lewat organisasi SI yang digelutinya dengan setia dan penuh pengabdian, walaupun kesulitan dan penderitaan haru ditanggungnya.
Ki Hajar Dewantara, (1889-1959)
Pengaruh kebudayaan asing sering dicurigai oleh para orng tua dan pendidik karena memberikan pengaruh negatif pada generasi mud. Ki Hajar Dewantara sejak mula telah menegaskan bahwa pengaruh kebdayaan itu harus disesuaikan dan dipadukan unsur - unsur positifnya dengan kebudayaan Indonesia. Untuk itu, diperlukan sikap tut wuri handayani dalam mendampingi generasi muda menghadapi pengaruh budaya - budaya dari luar akibat kemajuan teknologi komunikasi dan informatika.
R.M. Suryopranoto, (1871-1959)
Suryopranoto banyak dikagumi orag karena energinya yang besar untuk berjuang bagi kaum yang lemah, khususnya kaum pekerja dan buruh pabrik. Demi kaum miskin itu, dia rela memikul duka nestapa dan penjara. Namu, dia tidak menyesali keadaannya dan berbangga hati karena perjuangannya itu.
Muhmmad Husni Thamrin, (1894-1941)
Setiap keputusan dan tindakan yang dipilih selalu mempunyai risiko. Dalam menanggung akibat perbuatan atau keputusan itu, juga kalau berakibat merugikan dirinya, dapat dilihat martabat dan harga diri seseorang. M.H. Thamrin yang telah mengambil keputusan untuk membela rakyat yang kecil dan dengan sukarela menanggung akibatnya merupakan contoh manusia Indonesia yang bermartabat luhur itu.
K.H. Samanhudi, (1868-1956)
Haji Samanhudi adalah seorang perintis dan pemimpin yang baik. Organisasi yang dirintisnya memberikan sumbangan yang besar bagi perjuangan bangsa Indonesia. Satu hal yang menarik dalam diri tokoh SI ini adalah ketika dia memilih Tjokroaminoto sebagai penggantinya. Ia bersikap rendah hati dengan mengakui bahwa organisasi yang dibentuknya memerlukan orang yang lebih terpelajar dan pilihannya tepat. Kebesaran seorang pemimpin memang dapat dilihat dari caranya mempersiapkan pengganti yang meneruskan cita - cita dan perjuangannya.
Sultan Hasanuddin, (1631-1670)
Ad dua kelemahan mendasar dalam perjuangan Sultan Hasanuddin yang juga dialami oleh para pejuang lainnya. Pertama, kurang berhasilnya menggalang kekuatan dalam negeri dengan sejumlah perbedaan dan perpecahan politik (Friksi) dalam kerajaan.Hal itu dapat dimengerti mengingat pada masa itu belum muncul paham nation atau kebangsaan yang menyatukan brbagai golongan dalam masyarakat. Kondisi masyarakat ini menjadi sasaran empuk bagi perluasan pengaruh belanda. Kedua, ketidakseimbangan dari teknologi persenjataan
Kapten Pattimura, (1783-1817)
Menagapa Pattimura tidak rela berkompromi dengan Belanda ? padahal bila hal itu dilakukan, ia mungkin menjadi tentara Belanda yang mendapat kemudahan dari pemerintah. Rupanya , Pahlawan dari Saparua itu tidak mau berembira diatas penr]deritaan orang lain yang hrus mmikul kerja rodi, pajak hasil bumi, dan setumpuk penindas lainnya. Dia juga percaya darah dan pengorbanan para pahlawan akan menyuburkan semangat perjuangan.
Pangeran Diponegoro, (1785-1855)
Ada dua hal yang sangat menarik dalam perjuangan pangeran diponegoro. Pertama, Kmampuan analisis pangeran ini dalam menghadapi kericuhan dan kemunduran keraton Yogyakarta pada masa itu. Ia melihat bukan karena masalah kehendak buruk para pangeran atau para patih tetapi sebagai akibat kondisi struktural dengan hadirnya penguasa asing Belanda. Kedua, Pangeran ini menyadari bahwa perjuangan harus mendapat basisnya dari rakyat. Dengan demikian, seorang pemimpin bila tidak didukung rakyat.
Referensi
Anggota IKAPI, Jakarta, 1992.Edisi Revisi I 1999, Edisi Revisi II 2007
0 komentar :
Posting Komentar